Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Harlah RC ke 8 "Generasi Milenial, Generasi Penggiat Sejarah Dan Budaya"


Bulan Februari pada umumnya dimeriahkan dengan ajang perlombaan pembagian cokelat terutama bagi para anak muda. Katanya, sebagai wujud hari kasih sayang (valentine). Berbeda dengan atmosfer para generasi milenial di Randuagung. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan menghadiri acara puncak Harlah Randuagung Community yang ke 8. Randuagung Community menyajikan study budaya dengan tema “Generasi milenial, generasi penggiat budaya dan sejarah”.

Acara study budaya yang dikemas unik dengan menggunakan pelataran Candi Agung berlangsung meriah. Dihadiri oleh 21 lembaga sekolah baik tingkat SMP/MTs dan SMK/SMA/MA se-kecamatan randuagung. Mereka menimba ilmu dari tiga pemateri yaitu Laila Fakhriyatuz Zakiyah, Aries Purwantini, dan Taufik Hidayat.



Laila Fakhriyatuz Zakiyah merupakan salah satu putri terbai daerah Randuagung yang sedang menempuh pendidikan kedokteran di China. Beliau menyebarkan banyak vitamin positif dan suntikan semangat agar para generasi muda desa mampu menembus batas. Tanpa peduli dengan DNA orang desa yang notabenenya tak berani keluar dari kotak siklus hidup orang desa yang terbatas. Ia rasa itu adalah mindset yang harus dirubah. Jadilah pribadi yang pekerja keras dan jangan melewatkan kesempatan yang ada, maka dunia akan siap menyambut.

Dengan semangat yang tak berujung, para peserta mendapatkan banyak ilmu baru tentang Candi Agung dari Ahli Arkeologi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Aries Purwantini. Beliau menjabarkan bahwa Candi Agung yang tampak sekarang hanyalah bagian kepala candi induk. Hasil dari beberapa eskavasi menunjukkan bahwa gapura candi berada disebelah barat dan jika panjang Candi Agung bisa mencapai 100 meter.



Pelestarian dan promosi Candi Agung juga disampaikan oleh Taufik Hidayat (Taufik Monyong) selaku presenter JTV acara Cangkrukan dan Ketua Badan Pembina Kebudayaan Jawa Timur. Peserta diajarkan langsung bagaimana peran mereka sebagai generasi milenial yang update akan teknologi yang harus menjaga budaya. Mereka harus menjadikan budaya sebagai jati diri dan berbudaya tradisi. Jangan pernah gengsi untuk mempromosikan budaya daerah, salah satunya Candi Agung.

Sangat jelas, study budaya ini semakin memperluas pemikiran peserta bahwa “manusia bukan cetakan tunggal murni adam di atas bumi yang ditaruh di gelas. Tanpa sejarah, tanpa keterlanjutan kebudayaan” (Goenawan Mohammad). Mari semakin mencintai budaya dan tradisi yang menjadi kekayaan alam Indonesia. Dan kami mendoakan, semoga Randuagung Community tidak pernah lengah menyebarkan inspirasi dan semangat positif untuk menggerakan para generasi muda, generasi pemegang masa depan.