Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

September Hitam!


September Hitam mengarah pada julukan yang diberikan oleh beberapa lembaga, perkumpulan/organisasi, pengangamat dan Aktivis HAM dalam menyorot dan mengkaji berbagai Kejadian atau Peristiwa yang terjadi di Bulan September.


Peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah sebagai berikut:


  • Tragedi G30SPKI (Gerakan 30 September PKI)

Tragedi ini adalah sebuah gerakan yang dianggap memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno serta mengubah Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis dan menggulingkan Pemerintahan yang berkuasa, ini terjadi karena Ideologi Liberal, Kapitalis, Sosialis, Komunis berebut wilayah penyebaran paham masing-masing Ideologi.

Peristiwa ini menelan korban jiwa yakni 6 Jenderal dan 1 Perwira Pertama disiksa dengan keji, dibunuh dan mayatnya dimasukkan dalam Lubang Buaya.


  • Tragedi Tanjung Priok Tahun 1984.

Terjadi pada tanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tragedi ini merupakan kerusuhan antara pihak Tentara dan Warga. Dilansir dari CNN Indonesia, Tragedi Tanjung Priok menyebabkan 24 orang tewas dan 55 orang luka-luka. 

Pemerintah Orde Baru pada saat itu memberikan pernyataan bahwa peristiwa ini merupakan hasil rekayasa orang-orang yang menggunakan agama untuk kepentingan politik. Namun, menurut KontraS, pemaparan jumlah korban yang dilakukan oleh pemerintah tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya, seperti yang sudah-sudah pemerintah menutupi kekejiannya dalam kerasnya membantai habis warga yang memberontak.


  • Tragedi Semanggi II pada tahun 1999.

Terjadi pada tanggal 24 September 1999 di Jakarta. Tragedi ini merupakan bentrokan antara aparat keamanan dan mahasiswa yang sedang melakukan aksi demonstrasi menentang Undang-undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang baru disahkan oleh DPR. 

Tragedi ini menyebabkan seorang mahasiswa dan 11 orang lainnya tewas serta 217 orang lainnya luka-luka di seluruh Jakarta. Tragedi Semanggi II menjadi salah satu peristiwa kelam pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. 


  • Pembunuhan Munir pada tahun 2004.

Pada tanggal 7 September 2004, aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib meninggal dunia karena diracun ketika sedang dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam, Belanda. 

Munir dikenal sebagai seorang aktivis yang gigih dalam menegakkan hak asasi manusia dan pernah memerjuangkan kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia, seperti kasus Tanjung Priok pada 1984 dan kasus Marsinah. 

Melalui investigasi yang panjang, pada tahun 2008, Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang mantan perwira polisi, dihukum karena terbukti terlibat dalam pembunuhan Munir. Namun, kasus ini masih menyisakan tanda tanya dan menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM yang belum terungkap sepenuhnya hingga saat ini. Dari masing-masing pemimpin yang ada tidak satupun yang totalitas dalam mengungkap kasus ini.


  • Tindakan Brutal Aparat dalam aksi reformasi pada tahun 2019

Tahun 2019, terjadi aksi demonstrasi menentang Undang-Undang Cipta Kerja yang disahkan oleh DPR. Aksi ini diikuti oleh puluhan ribu mahasiswa di hampir semua kota di Indonesia. Namun, aksi ini direspons dengan tindakan brutal dari aparat keamanan. Di Kendari, Sulawesi Tenggara, Randy dan Muhammad Yusuf Qardhawi tewas karena tertembus proyektil polisi saat berunjuk rasa. Tak hanya keduanya, korban luka dari Mahasiswa dan Jurnalis ditangkap tanpa alasan yang jelas dan terkesan tidak peduli dengan aturan yang berlaku.



Rekap seluruh peristiwa yang terjadi dijuluki dengan nama September Hitam dan ini merupakan tanda seberapa banyaknya Pekerjaan Rumah yang diemban oleh Negeri ini untuk tetap mendalami, menggali dan menemukan titik terang dari berbagai kasus yang telah terjadi baru-baru ini maupun yang telah terjadi beberapa tahun yang silam. Sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus beliau-beliau semua menghormati, mengingat/mengenang dan meneruskan cita-cita luhur bangsa ini. 

Tidak ada hukum yang melarang Warga Negara tidak mengenal Sejarah dari Bangsa dan Negaranya, namun ibarat berjalan di kegelapan malam tanpa cahaya kemungkinan besar akan tersandung, tersesat dan atau masuk jurang.

Setidaknya jika belum mampu melaksanakan apa yang harus kita lakukan sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk tidak berbuat hal-hal yang merugikan dan lebih baik diam daripada berbuat kerusakan.



Post a Comment for "September Hitam!"